WHAT'S NEW?
Loading...

Tentang Teknologi Konversi Biomassa menjadi Biopellet

Berikut saya tuliskan rangkuman dari penelitian saya tentang biopellet, semoga dapat membantu pemahaman pembaca yang budiman :):


sumber: http://img.weiku.com/

Teknologi pelet dari biomassa merupakan teknologi yang banyak diterapkan di berbagai negara. Pelet memiliki ukuran dimensi dengan diameter 4.8–19 mm dan panjang 12.7–25.4 mm (Kaliyan dan Morey 2009a). Carroll dan Finnan (2012) menyebutkan beberapa keunggulan pelet sebagai energi yaitu dapat mengurangi terjadinya emisi debu, mudah dalam penyimpanan, dan dapat meningkatkan kerapatan.

Pelet memiliki parameter penting untuk menjadi bahan energi terbarukan. Beberapa parameter tersebut adalah kerapatan (unit atau bulk density), kadar air, ketahanan (durability), dan kadar abu (Theerarattananoon et al. 2011). Kerapatan pelet yang rendah berpengaruh negatif terhadap biaya transportasi dan kapasitas penyimpanan (Obernberger dan Thek 2004). Kadar air pelet yang melebihi 10% selama proses penyimpanan menyebabkan nilai ketahanannya turun 11–50% (Tabil 1996). 

Ketahanan pelet yang rendah sangat dihindari karena dapat menimbulkan kerugian seperti terjadinya proses pembakaran yang tidak homogen (Temmerman et al. 2006) sehingga mengakibatkan pembakaran menjadi tidak efisien. Kadar abu pelet berdampak terhadap pembentukan slag dan endapan berupa abu setelah proses pembakaran (Obernberger dan Thek 2004). 

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan merupakan parameter penting pelet (Carroll dan Finnan 2012; Lee et al. 2013; Temmerman et al. 2006). Ketahanan pelet merupakan sifat kekuatan pelet dalam menahan pengaruh goncangan, tekanan, dan gesekan selama proses penanganan dan pengangkutan (Kaliyan dan Morey 2009b). Penulis yang sama selanjutnya mengatakan bahwa kekuatan dan ketahanan pelet dan briket dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri atas bahan baku (komponen kimia, kadar air, ukuran partikel, dan formulasi bahan baku), pre-conditioning (preheating dan penambahan perekat), alat densifikasi (pellet mill), dan kondisi setelah produksi (cooling). Berdasarkan Thomas et al. (1997), kontribusi beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan pelet adalah formulasi bahan baku (40%), ukuran partikel (20%), steam conditioning (20%), die pellet mill (15%), dan cooling (5%). Ketahanan pelet dipengaruhi oleh ikatan inter-partikel di dalam pelet akibat pengaruh suhu dan tekanan (Filbakk et al. 2011; Lee et al. 2013), proses kristalisasi bahan, reaksi kimia, dan mengerasnya lignin atau perekat selama proses densifikasi (Kaliyan dan Morey 2010).

Bagi penulis, teknologi belum cocok untuk dapat dikembangkan di Indonesia, dikarenakan belum tepat guna. Hal ini saya ambil kesimpulan ditutupnya perusahan biopellet SolarPark Ltd Wonosobo dikarenakan biaya lebih besar daripada pemasukan.

Memang, menurut penulis, teknologi renewable energy sangatlah besar tantangannya untuk dapat dikembangkan, apalagi dengan kondisi negara yang masih berkembang seperti Indonesia. Namun bagi siapapun yang bisa untuk mengembangkannya, dialah orang yang jago dan keren!

Insentif dan bantuan negara (support) baik dari R&D ataupun technical supports perlu pemerintah lakukan! Saya yakin teknologi renewable energy memang perlu banyak dikaji dan segera diimplementasikan!

Penulis,
Arif

---
Daftar Pustaka:

  • Carroll JP, Finnan J. 2012. Physical and chemical properties of pellets from energy crops and cereal straws. Biosystem Engineering 112:151-159.
  • Kaliyan N, Morey RV. 2009a. A review of factors affecting strength and durability of densified biomass products. Biomass Bioenergy 33:337–359.
  • Kaliyan N, Morey RV. 2009b. Constitutive model for densification of corn stover and switchgrass. Biosyst. Eng. 104:47-63.
  • Lee SM, Ahn BJ, Choi DH, Han GS, Jeong HS, Ahn SH, Yang In. 2013. Effects of densification variables on the durability of wood pelets fabricated with Larix kaempferi C. And Liriodendron tulipifera L. sawdust. Biomass Bioenergy 48:1-9.
  • Lehmann B, Schroder HW, Wollenberg R, Repke JU. 2012. Effect of miscanthus addition and different grinding processes on the quality of wood pelets. Biomass Bioenergy 44:150-159.
  • Obernberger I, Thek G. 2004. Physical characterisation and chemical composition of densified biomass fuels with regard to their combustion behaviour. Biomass Bioenergy 27:653-669.
  • Temmerman M, Rabier F, Jensen PD, Hartmann H, Bohm T. 2006. Comparative study of durability test methods for pellets and briquettes. Biomass Bioenergy 30:964-972.
  • Theerarattananoon K, Xu F, Wilson J, Ballard, Mckinney L, Staggenborg S, Vadlani P, Pei ZJ, Wang D. 2011. Physical properties of pellets made from sorghum stalk, corn stover, wheat straw, and big bluestem. Ind. Crops Prod. 33:325-332.
  • Thomas M, Zuilichem DG, Poel AFB. 1997. Physical  quality  of  pelleted  animal  feed. 2.  contribution  of  processes  and  its  conditions. Anim. Feed Sci. Technol. 64:173-192.






0 komentar:

Post a Comment